Diiming-imingi Dua Oknum Polisi Jalur Khusus Masuk Taruna Akpol Untuk Anaknya, Dwi Purwanto Tertipu 2,6 Miliar

____________________________________________

Pekalongan – Jateng, tipikorinvestigasinews.id — Hal ini disampaikan Dwi Purwanto warga Kabupaten Pekalongan di rumahnya kepada para wartawan ( 23 /10/2025 ). Dwi Purwanto mempunyai cita-cita anaknya masuk Taruna Akpol yang kelak menjadi perwira polisi.

Namun demikian cita-cita itu harus kandas ditengah jalan yang ternyata iming-iming yang ditawarkan palsu belaka sehingga Dwi Purwanto kehilangan uang 2,6 miliar rupiah.

Lebih lanjut Dwi Purwanto mengatakan bahwa dirinya menjadi korban dugaan penipuan oleh empat orang, dua diantaranya oknum anggota Polres Pekalongan aktif yang menjanjikan bisa meloloskan anaknya masuk Akademi Kepolisian (Akpol) lewat jalur khusus.

Bacaan Lainnya

Total kerugian Rp2,6 miliar tersebut dari uang tabungan dan meminjam saudara yang kebetulan pada saat itu menjual dua mobil mewah Mini Cooper dan Rubicon .

Dwi Purwanto di rumahnya kepada para Wartawan menceritakan kronologi Kasus ini bahwa pada 9 Desember 2024, saat itu Dwi menerima pesan WhatsApp dari anggota Polres Pekalongan Aipda F.

Dalam pesan WhatsApp tersebut, F menawarkan bantuan untuk memasukkan anak Dwi Purwanto ke Akademi Polisi (Akpol) lewat jalur khusus yang disebut-sebut sebagai “kuota Kapolri”.

“ Katanya ini kuota khusus, tinggal bayar Rp3,5 miliar. Separuh dulu tanda jadi, sisanya setelah panpus (pantukhir pusat),” kata Dwi Purwanto.

Awalnya Dwi Purwanto ragu dan menolak, tapi iming-iming dan bujukan terus berlanjut.

Setelah beberapa hari berselang , F kemudian datang lagi ke rumah Dwi Purwanto bersama oknum anggota Polres Pekalongan Bripka A untuk membicaraka mekanismenya, yang mengaku adik leting F dan mantan Densus.

Pada kesempatan itu Dwi Purwanto juga menceritakan bahwa Kedua oknum anggota Polres Pekalongan tersebut meyakinkan bahwa mereka memiliki akses langsung ke seorang purnawirawan jenderal polisi bernama Babe, yang disebut-sebut bisa memastikan kelulusan taruna melalui jalur khusus.

Kedua oknum itu juga menyebutkan adanya figur yang bernama Agung, yang dikatakan sebagai adik dari Kapolri, yang mempunyai peran mengatur kuota jalur khusus itu dan mengatakan bahwa sebelumnya ada yang mau memakai
kuota yang kosong tersebut akan tetapi tidak jadi dikarenakan orang tersebut daftar TNI, sehingga kuotanya menjadi kosong.

Dwi Purwanto juga dimintai uang muka sebesar 500 juta rupiah tunai untuk menunjukkan keseriusan, pada 21 Desember 2024 di sebuah cafe, Semarang dan
uang tersebut diserahkan seacara langsung kepada F dan A.

Setelah itu lanjut Dwi Purwanto, Selang beberapa minggu , tepatnya pada tanggal 8 Januari 2025, kedua oknum polisi tersebut kembali meminta Rp1,5 miliar dengan alasan proses administrasi di Jakarta harus segera ditutup/diselesaikan.

“ Saya sudah ada keraguan namun keduanya mendesak. Katanya malam itu juga atau paling lambat besok pagi harus pdiselesaikan ppembayarannya. Saya sampai meminjam ke saudara yang habis jual dua mobil mewahnya,” jelas Dwi Purwanto.

Kemudian uang Rp1,5 miliar tersebut diserahkan langsung kepada A di rumah Dwi.

Beberapa waktu kemudian, Dwi dipertemukan dengan dua sosok baru Agung dan Joko Witanto, yang diperkenalkan sebagai penghubung langsung ke Babe.

Menurut keterangan Dwi Purwanto bahwa Agung ini diperkenalkan sebagai adik dari Kapolri dan disebutkan juga sebagai pihak yang bisa “menyetujui” nama anaknya agar masuk daftar kuota khusus yang dijanjikan tersebut.

Sementara Joko Witanto disebut sebagai orang lapangan yang akan mengurus teknis di Jakarta dan Ancol bahkan mereka ini ini juga yang mencarikan bimbel anaknya di Kediri, Dwi Purwanto dan Joko Witanto melakukan pertemuan di Kediri Jatim.

“ Nanti anak saya katanya akan diurus langsung sama Babe melaui Joko Witanti. Jadi intinya bahwa semua tahapannya tinggal jalan,” ungkap Dwi Purwanto.

Atas permintaan tersebut, Dwi telah melakukan empat kali transfer uang ke rekening atas nama Joko Witanto, dengan total 650 juta rupiah
bahkan Dwi Purwanto juga mengizinkan anaknya berangkat ke Jakarta karena dijanjikan akan menjalani pelatihan dan karantina sebelum seleksi lanjutan.

“ Benar anak saya dibawa ke Jakarta. Katanya untuk persiapan dan diperkenalkan ke Babe. Tapi setelah itu tidak ada perkembangan apa pun,” katanya.

Faktanya hasil seleksi tahap awal anaknya diumumkan gagal di pemeriksaan kesehatan (rikes) dan bahkan setelah gagal pun anaknya diminta ke Jakarta, ini untuk menutupi.

Setelah kejadian itu Dwi Purwanto mengetahui anaknya gagal di pemeriksaan kesehatan ia mencoba menagih janji pengembalian uang, tapi kenyataannya para pelaku justru saling melempar tanggung jawab.

Dwi Purwanto telah melakukan mediasi 5 kali agar uang yang telah diberikan dikembalikan karena anaknya gagal masuk taruna Akpol.

“Mereka janji mau mengembalikan, tapi sampai sekarang tidak ada kabar. Semuanya diam dan tidak ada kejelasan,” ujar Dwi Purwanto.

Karena merasa dirinya ditipu, akhirnya Dwi melaporkan kasus tersebut ke Polda Jawa Tengah pada Agustus 2025.

Dalam laporan tersebut Dwi Purwanto mencantumkan nama empat orang tersebut yaitu Aipda F, Bripka A, Agung, dan Joko Witanto.

Dwi Purwanto pada kesempatan itu juga menjelaskan bahwa penyidik sudah menaikkan status kasus ini dari penyelidikan ke penyidikan, dan ia juga sudah dimintai keterangan.

“ Saya sudah menyerahkan semua bukti transfer, percakapan WhatsApp, dan kronologinya kepada penyidik,” kata Dwi Purwanto.

Kasus ini menambah daftar panjang dugaan praktik jual-beli rekrutmen di Akademi Polisi.

Polri sudah secara tegas melarang pungli dalam bentuk apapun dan Polri sudah melakukan penerimaan anggota Taruna Akpol secara transparan.

Mengakhiri wawancaranya Dwi Purwanto mengharapkan agar uangnya bisa kembali.

( LELES )

TIPIKOR INVESTIGASI NEWS. “Tegakkan Keadilan, Perjuangkan Kebenaran!”

Pos terkait

banner 468x60 ____________________________________________banner 728x250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *