Sukabumi Tipikorinvestigasi news.id Kemacetan panjang kembali melanda jalur vital Jalan Nasional III di kawasan Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Pada Selasa sore 23/09/2025 sekitar pukul 15.36 WIB, sebuah kendaraan besar roda 10 bermuatan berat terperosok ke jurang di tikungan tajam. Insiden ini membuat arus lalu lintas dari arah Cibadak menuju Cikembang dan sebaliknya lumpuh hingga harus diberlakukan sistem tutup-buka satu arah.
Kronologi Singkat Kejadian,
Menurut keterangan warga bernama Andi, truk tersebut terlalu menempel pada bahu jalan hingga kehilangan kendali di belokan tajam. “Mungkin karena jalan sempit dan belokannya curam, jadi terperosok,” ujarnya.
Polisi sektor Cibadak bersama warga sekitar bergerak cepat melakukan pengaturan lalu lintas. Meski kemacetan berhasil diurai secara bertahap, ribuan pengendara harus terjebak berjam-jam di tengah cuaca sore yang padati kendaraan.
Jalur Rawan Kecelakaan
Jalan Nasional III, khususnya di titik Sekarwangi, bukan kali pertama menjadi sorotan. Bentuk jalannya sempit, berliku, dan dikelilingi jurang di beberapa sisi. Kombinasi ini menjadikan jalur tersebut sangat rawan kecelakaan, terlebih bagi kendaraan besar pengangkut hasil bumi maupun bahan baku industri dari arah Cikembar.
Dalam beberapa tahun terakhir, warga kerap mengeluhkan insiden serupa. Meski data resmi kecelakaan lalu lintas di ruas ini masih perlu diperbarui, testimoni masyarakat menunjukkan bahwa jalur ini menjadi salah satu titik rawan di Sukabumi.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Kemacetan di jalur utama ini bukan hanya merugikan pengendara, tetapi juga berdampak pada roda ekonomi. Truk-truk pengangkut hasil pertanian, perikanan, maupun bahan industri sering tertunda berjam-jam. Akibatnya, distribusi barang menjadi tidak efisien, biaya logistik meningkat, bahkan kualitas hasil bumi bisa menurun karena keterlambatan sampai ke pasar atau pabrik.
Selain itu, warga lokal juga mengeluhkan akses sehari-hari yang terganggu. Jalan ini bukan sekadar jalur lintas antar-kabupaten, melainkan juga sarana mobilitas masyarakat menuju sekolah, rumah sakit, dan pusat ekonomi.
Warga Sekarwangi dan sekitarnya berharap insiden ini menjadi alarm serius bagi pemerintah pusat maupun daerah. Harapan utama mereka adalah adanya proyek perluasan jalan atau minimal pelebaran di titik-titik rawan seperti tikungan tajam.
“Jalan ini dipakai ribuan kendaraan tiap hari. Kalau tetap sempit, kejadian begini akan terus berulang,” ungkap salah seorang warga.
Pemerintah diharapkan tidak hanya melakukan tambal sulam perbaikan, melainkan merancang solusi jangka panjang. Perluasan jalan, pemasangan rambu lalu lintas tambahan, hingga penerapan teknologi pengawasan jalan (seperti CCTV dan sensor beban kendaraan) bisa menjadi langkah preventif.
Tragedi kemacetan di Sekarwangi 23 September 2025 kembali membuka mata kita tentang pentingnya infrastruktur sosial masyarakat.
Selama belum ada tindakan nyata, risiko kecelakaan dan kerugian ekonomi akan terus menghantui pengguna jalan di jalur vital ini.
M . LEDI . N .








____________________________________________


