OPINI: Metode CSK-JK: Model Baru Kemandirian Sekolah di NTT dalam Mendukung Program One Village, One Produc

____________________________________________

TAMBOLAKA, 18 Oktober 2025. tipikorinvestigasinews.id.

Oleh: Jusup Koe Hoea
Ketua Umum Forum Guru Nusa Tenggara Timur

“Jika pendidikan hanya berhenti pada administrasi, maka sekolah hanya akan mencetak pegawai, bukan pembelajar sejati. Pendidikan harus lahir dari dialog, integritas, dan inovasi.”

Bacaan Lainnya

Pendidikan Harus Dimulai dari Dialog

Dalam membangun pendidikan dan kebudayaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kolaborasi antara Dinas Pendidikan dan para guru menjadi kunci utama. Guru bukan sekadar pelaksana kebijakan, melainkan sumber gagasan dan inovasi yang lahir dari pengalaman langsung di ruang kelas.

Setiap persoalan pendidikan mestinya diselesaikan melalui dialog terbuka dan partisipatif. Sebab, gagasan besar untuk memperbaiki sistem pendidikan sering kali justru muncul dari para guru — bukan dari ruang rapat birokrasi.
Tanpa ruang dialog yang hidup, dunia pendidikan hanya akan menjadi tumpukan laporan administratif yang kehilangan ruh pembelajaran dan mematikan growth mindset baik di kalangan guru maupun peserta didik.

Spirit Pedagogis: Anak sebagai Pusat Pendidikan

Pendidikan sejati lahir dari spirit pedagogis — semangat seorang pendidik sejati yang menempatkan anak sebagai pusat dari seluruh proses pembelajaran.
Karena itu, setiap kebijakan pengembangan pendidikan harus berpijak pada kebutuhan dan masa depan anak, bukan pada kepentingan birokratis atau politik sesaat.

Anak adalah tujuan utama pendidikan. Sistem pendidikan mesti bergerak untuk memastikan setiap anak NTT tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, terampil, dan berbudaya — tiga unsur utama manusia unggul yang dibutuhkan dalam era kompetisi global.

Metode CSK-JK: Jalan Baru Reformasi Pendidikan NTT

Sebagai kontribusi nyata bagi reformasi pendidikan di NTT, Forum Guru Nusa Tenggara Timur memperkenalkan Metode CSK-JK (Character–Skill–Knowledge by Jusup Koe Hoea).
Metode ini dirancang untuk menyiapkan generasi muda NTT yang berkarakter kuat, adaptif terhadap teknologi, dan memiliki kemampuan berwirausaha yang relevan dengan visi pembangunan daerah.

Tiga pilar utama metode ini adalah:

1. Character Building – Penguatan karakter anti-korupsi, integritas, dan tanggung jawab berbasis nilai budaya lokal NTT. Nilai-nilai kejujuran, gotong royong, serta semangat kerja keras menjadi fondasi moral bagi peserta didik.

2. Skill Development – Pengembangan keterampilan abad ke-21 yang menyiapkan siswa SMA dan SMK menjadi generasi kreatif, inovatif, dan produktif. Fokusnya mencakup penguasaan teknologi digital, kewirausahaan modern, dan kemampuan memecahkan masalah nyata.

3. Knowledge Acquisition – Penguatan kemampuan berpikir kritis, manajemen pengetahuan, dan pembelajaran kontekstual agar peserta didik mampu menghasilkan ide dan solusi untuk kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Relevansi CSK-JK bagi Program One Village, One Product

Metode CSK-JK sejalan dengan program strategis Pemerintah Provinsi NTT: One Village, One Product (OVOP) — sebuah gerakan membangun ekonomi lokal melalui pengembangan potensi unggulan setiap desa.

Dengan pendekatan CSK-JK, sekolah—terutama SMA dan SMK—dapat berperan aktif dalam menggerakkan ekonomi kreatif berbasis pendidikan. Sekolah bukan lagi sekadar tempat belajar teori, tetapi menjadi pusat kreativitas dan inkubasi kewirausahaan bagi generasi muda NTT.

Beberapa penerapan konkret yang sejalan dengan visi OVOP antara lain:

Project-Based Learning: Siswa SMA/SMK menciptakan produk lokal bernilai ekonomi — mulai dari kuliner khas, kriya tradisional, teknologi pertanian, hingga aplikasi digital lokal.

Market Place Sekolah: Platform daring untuk menjual produk karya siswa, menjadi sarana praktik kewirausahaan sekaligus sumber pendapatan mandiri bagi sekolah.

Pelatihan Kewirausahaan Digital: Membekali siswa dengan kemampuan mengelola bisnis berbasis teknologi informasi, media sosial, dan e-commerce.

Kemitraan dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI): Program magang dan pendampingan agar siswa memahami rantai produksi dan distribusi produk lokal sesuai standar pasar.

Dengan menerapkan metode CSK-JK secara konsisten, sekolah-sekolah di NTT dapat menjadi motor ekonomi lokal yang mendukung kemandirian desa.
Kreativitas siswa tidak hanya meningkatkan reputasi sekolah, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.

Pendidikan yang Mencerdaskan dan Menyejahterakan

Metode CSK-JK bukan sekadar pendekatan akademik, melainkan gerakan moral, kultural, dan ekonomi yang mendorong pendidikan kembali pada hakikatnya: mencerdaskan sekaligus menyejahterakan.

NTT membutuhkan pendidikan yang menumbuhkan karakter, keterampilan, dan kreativitas ekonomi lokal berbasis teknologi.
Dengan semangat kolaborasi dan keberanian berinovasi, pendidikan di NTT dapat menjadi model pembangunan sumber daya manusia yang berakar pada kearifan lokal, namun berpandangan global.

“Pendidikan bukan tentang berapa banyak ijazah yang dikumpulkan, tetapi tentang seberapa jauh anak-anak kita mampu berpikir, berkreasi, dan berbuat untuk tanah kelahirannya.”

Penulis : Gunter Guru Ladu Meha

Disclaimer Media

Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan resmi redaksi tipikorinvestigasinews.d maupun organisasi tempat penulis bernaung.
Setiap argumen, data, dan pandangan disampaikan dengan tujuan edukatif dan reflektif untuk memperkaya wacana publik dan membangun

Redaksi membuka ruang tanggapan, kritik, atau opini Penyeimbang yang disampaikan dengan cara santun dan berdasarkan prinsip keberimbangan informasi.


Editor :Tim Red

 

TIPIKOR INVESTIGASI NEWS. “Tegakkan Keadilan, Perjuangkan Kebenaran!”

Pos terkait

banner 468x60 ____________________________________________banner 728x250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *