Labuan Bajo, tipikorinvestigasinews.id – Ekspansi ritel modern seperti Indomaret dan Zasgo Mart di kawasan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menuai sorotan tajam. Kehadiran gerai-gerai tersebut dinilai mengancam keberlangsungan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.
Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Indomaret telah membangun sedikitnya 10 unit gerai di wilayah tersebut, termasuk satu gerai di Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada 30 Oktober 2025.
Pantauan awak Media di lokasi pada Selasa (21/10/2025), bangunan ritel berjaringan nasional itu tampak hampir rampung. Para pekerja terlihat menyelesaikan instalasi plafon, rak, hingga sistem pendingin. Namun, sebelum resmi dibuka, dampaknya sudah dirasakan oleh para pedagang kecil di sekitar kawasan.
“Sejak Zasgo Mart hadir saja, pendapatan saya sudah turun dari Rp3 juta menjadi sekitar Rp1,5 juta per hari. Kalau Indomaret buka, bisa lebih parah. Kios kami bisa gulung tikar,” kata Raimon (57), pemilik kios kelontong di pinggir jalan utama Marombok.
Raimon mengaku hidup dari hasil penjualan sembako dan kebutuhan harian. Penurunan omzet yang drastis membuatnya kesulitan membayar cicilan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank. Hal senada disampaikan Apri, pemilik kios lain di desa tersebut, yang sudah menutup usahanya karena tidak mampu bersaing.
“Kami pinjam modal dari BRI untuk buka usaha, tapi sejak Zasgo Mart beroperasi, penghasilan nyaris tidak cukup untuk bayar utang. Kios kami akhirnya tutup,” keluhnya.
Warga dan pelaku UMKM mendesak pemerintah daerah untuk meninjau ulang izin operasional ritel modern seperti Indomaret, Zasgo Mart, maupun Alfamart yang terus bermunculan di kawasan Labuan Bajo.
Mereka menilai, kehadiran toko-toko modern tersebut bertolak belakang dengan program pemerintah pusat yang mendorong pemberdayaan UMKM melalui skema “UMKM Naik Kelas” serta pengembangan “Kampung Wisata”.
“Labuan Bajo ini ditetapkan sebagai kawasan pariwisata super prioritas. Seharusnya, yang didorong adalah pengusaha lokal, bukan ritel besar yang bisa mematikan ekonomi rakyat kecil,” tegas Raimon.
Hasmi, pengusaha kios lainnya, menyebut ritel modern sebagai “pembunuh senyap” bagi pedagang kecil. “Kami tidak menolak kemajuan, tapi pemerintah harus adil. Jangan biarkan rakyat kecil menjadi korban,” ujarnya.
Selain dampak ekonomi, muncul pula kecurigaan di kalangan masyarakat terkait proses perizinan ritel-ritel tersebut. Dugaan adanya kongkalikong antara pengusaha dan oknum pejabat daerah mulai mencuat, seiring cepatnya pembangunan dan minimnya sosialisasi kepada warga.
Untuk itu, pelaku UMKM mendesak pemerintah Kabupaten Manggarai Barat segera mengkaji ulang dampak sosial ekonomi dari ekspansi ritel modern di wilayahnya. Mereka juga mendorong diterbitkannya regulasi yang membatasi jumlah serta zonasi pembangunan ritel modern di sekitar kawasan pemukiman dan sentra UMKM.
“Kami bukan anti-investasi. Tapi tolong, jangan abaikan rakyat kecil. Kalau tidak ada perlindungan, wajah ekonomi lokal Labuan Bajo bisa berubah total. UMKM bisa mati pelan-pelan,” tutup Raimon, sembari menunjuk kios sederhananya yang berdiri di seberang gerai Indomaret baru.
Petrus:








____________________________________________


