Tambolaka 18 Oktober 2025, tipikorinvestigasinews.id. Meningkatnya kasus prostitusi pelajar dan penyebaran HIV/AIDS di Kota Kupang kembali menjadi alarm serius bagi dunia pendidikan dan moral generasi muda.
Fenomena ini bukan sekadar masalah sosial, tetapi juga refleksi dari krisis karakter dan melemahnya nilai-nilai dasar pendidikan di sekolah dan keluarga.
Menanggapi situasi tersebut, Forum Guru Nusa Tenggara Timur (NTT) menyerukan perlunya reorientasi pendidikan nasional, khususnya pada penguatan pendidikan karakter di lingkungan sekolah.
Ketua Umum Forum Guru NTT, Jusup Koe Hoea, menegaskan bahwa fenomena ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan hukum atau moralitas sesaat
“Kita sedang menghadapi krisis nilai yang lahir dari pendidikan yang kehilangan arah. Sekolah terlalu sibuk mengejar nilai ujian, tetapi lupa membentuk nilai kehidupan. Pendidikan karakter harus menjadi jantung dari sistem pembelajaran kita,” ujar Jusup Koe Hoea di Kupang, Sabtu (18/10/2025).
Fenomena yang Mengkhawatirkan
Data dari berbagai lembaga sosial di NTT menunjukkan adanya peningkatan jumlah remaja yang terlibat dalam praktik prostitusi terselubung, baik melalui media sosial maupun transaksi daring. Di sisi lain, laporan Dinas Kesehatan NTT mencatat peningkatan signifikan kasus HIV/AIDS di kalangan usia produktif, termasuk pelajar dan mahasiswa.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa krisis moral dan lemahnya kontrol sosial telah menjadi tantangan baru di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi budaya.
Di tengah keluarga yang sibuk dan lingkungan sosial yang permisif, sekolah menjadi benteng terakhir pembentukan karakter. Namun, fungsi ini sering kali tidak berjalan optimal.
Pendidikan Karakter sebagai Jalan Pemulihan
Forum Guru NTT menilai, program Pendidikan Karakter dan Budi Pekerti harus kembali menjadi prioritas utama dalam kurikulum.
Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kesetiaan, kesederhanaan, dan penghargaan terhadap diri sendiri harus diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran, bukan sekadar menjadi mata pelajaran tambahan.
Menurut Jusup Koe Hoea, pemerintah daerah juga perlu melibatkan tokoh agama, lembaga sosial, dan komunitas digital dalam kampanye moral publik yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan kesehatan reproduksi
“Anak-anak kita tidak hanya butuh pendidikan akademis, tapi juga ekosistem sosial yang sehat — yang membimbing, bukan menghakimi; yang menuntun, bukan menakut-nakuti,” tambahnya.
Peran Pemerintah dan Sekolah
Forum Guru NTT juga mendorong Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT untuk:
1. Mengintegrasikan program pendidikan karakter berbasis lokal wisdom (kearifan lokal) ke dalam kegiatan ekstrakurikuler.
2. Memperkuat pendampingan psikologis dan konseling remaja di sekolah-sekolah.
3. Melakukan edukasi kesehatan reproduksi dan literasi digital secara sistematis untuk mencegah penyalahgunaan media sosial.
“Kupang tidak boleh menjadi kota yang kehilangan arah moral. Pendidikan karakter harus menjadi gerakan bersama antara guru, orang tua, gereja, dan masyarakat,” tegas Jusup.
Refleksi Akhir
Fenomena prostitusi pelajar dan meningkatnya HIV/AIDS adalah cermin dari kegagalan kolektif sistem pendidikan dan sosial kita dalam menjaga masa depan generasi muda. Karena itu, solusi tidak bisa hanya bersifat reaktif, tetapi harus dimulai dari transformasi nilai-nilai dalam dunia pendidikan itu sendiri.
Sebagaimana pesan klasik Ki Hajar Dewantara:
“Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya.”
Penulis : Gunter Guru Ladu Meha